Penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir
untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada
beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang
disebut premis. Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik
kesimpulan atau proses berfikir yang menghubung-hubungka fakta-fakta atau
evidensi-evidensi yang bersifat khusus yang
sudah diketahui menuju kesimpulan yang bersifat umum (general).Penalaran
deduktif adalah proses penalaran atau proses berfikir dari hal-hal yang
bersifat umum (general) yang kemudian dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang bersifat khusus.Proses
penalaran induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting
dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses
induktif-deduktif yang digunakan untuk mempelajari konsep matematika
kegiatannya dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati,
membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru
yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif.
Unsur dan Strukur Penalaran
Struktur dan proses penalaran didasari atas tiga konsep
penting, yaitu :
1. Asersi, suatu
pernyataan ( biasanya positif ) yang menegaskan bahwa sesuatu (misalnya teori )
adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam penalaran yaitu sebagai
elemen pembentuk argumen dan sebagai keyakinan yang dihasilkan oleh penalaran (
berupa kesimpulan).
2. Keyakinan,
merupakan tingkat kebersediaan untuk menerima suatu pernyataan atau teori (
penjelasan ) mengenai suatu fenomena atau gejala ( alam atau sosial ) adalah
benar.
3. Argumen,
merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan ( artikulasi ) daan inferensi
atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan. Dalam hal ini
argumen merupakan unsur yang paling penting karena digunakan untuk membentuk,
memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Jenis Asersi
Asersi dapat diklasifikasi menjadi :
1. Asumsi,
merupakan asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat mengajukan atau
menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan.
2. Hipotesis,
merupakan asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi diyakini
bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Agar disebut sebagai suatu
hipotesis maka suatu asersi juga harus mengandung kemungkinan salah, karena
jika asersi adalah benar maka asersi akan menjadi pernyataan fakta.
3. Pernyataan
fakta, merupaakan asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini sangat kuat
atau bahkan tidak dibantah.
Jenis Argumen
Argumen dapat diklasifikasi sebagai berikut :
1. Argumen
Deduktif, atau argumen logis merupakan argumen yang asersi konklusinya tersirat
atau dapat diturunkan dari asersi – asersi lain yang diajukan.
2. Argumen
Induktif, argumen ini lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya. Akan tetapi
dalam argumen ini konklusi tidak selalu benar walaupun kedua premis benar.
Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam
pertimbangan (judgement) untuk menetapkan kebenaran suatu pernyataan (to
establish the truth). Dalam hal teori akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk
menetapkan relevansi atau keefektifan suatu perlakuan akuntansi untuk mencapai
tujuan akuntansi.
Keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau
kelemahan argument adalah terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang
diyakini itu benar (true) atau salah (false). Dapat saja seseorang memegang
kuat keyakinan terhadap sesuatu yang salah atau sebaliknya, menolak suatu
pernyataan yang benar (valid).
Properitas Keyakinan
Pemahaman terhadap beberapa prosperitas (sifat) keyakinan
sangat penting dalam mencapai keberhasilan berargument. Berikut ini prosperitas
keyakinan yang perlu disadari dalam berargumen : keadabenaran, bukan pendapat,
bertingkat, berbias, bermuatan nilai, berkekuatan, veridikal ( tingkat
kesesuaian keyakinan dengan realitas ), dan berketempaan ( kelentukan keyakinan
berkaitan dengan mudah tidaknya keyakinan tersebut diubah dengan adanya
informasi yang relevan ).
Kecohan (Fallacy )
Kecohan merupakan kesalahan dalam menerima suatu asersi yang
ada kenyataannya asersi tersebut membujuk dan dianut banyak orang padahal
seharusnya tidak.
Salah Nalar
Kesalahan nalar dapat terjadi jika penyimpulan tidak di
dasarkan pada kaidah – kaidah penalaran yang valid. Walaupun salah nalar dapat
dipakai sebagai suatu strategem ( pendekatan atau cara – cara untuk
mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid
atau masuk akal ), tidak selayaknya jika kaidah penalaran yang sangat baik
ditolak semata – mata karena argumen sering di salah gunakan.
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan
deduktif.
1. Penalaran Induktif
Pengertian Penalaran Induktif
Penlaran induktif adalah proses penalaran untuk manari
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta –
fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif
tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua
pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris,
semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sentara. Penalaran induktif
ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau
kaedah yang berlaku umum.
Contoh penalaran induktif :
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan. Ikan paus berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Kesimpulan : semua hewan yang berdaun telinga berkembang
biak dengan melahirkan.
2. Penalaran Deduktif
Latar Belakang
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales,
Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.).
Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya
untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat
berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh
keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah
mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat
juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran
induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika
deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran
atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru
sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini
sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat
berlaku secara umum.
Macam – Macam Penalaran Induktif
Macam-macam penalaran induktif diantaranya:
Generalisasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua
atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri
esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan
dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Macam – macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi
dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat
kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.
Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk
mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Analogi
Adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya.
Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat
khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan
situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk
mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif
menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi
yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena
bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerakIsaac Newton
menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Le Verrier menerapkan
teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan
orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi)
dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).
Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik
kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas
fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Macam – Macam Penalaran Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
a. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh Silogisme:
Semua manusia akan mati Amin adalah manusia. Jadi, Amin akan
mati (konklusi / kesimpulan)
b. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh Entimen :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari pada malam
hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
==================| Mohon Memberikan Komentar yang Baik :) |==================