Menurut ilmu filsafat seni manusia adalah makhluk pemuja keindahan. lewat panca indera manusia dapat menikmati keindahan dan setiap saat tak dapat berpisah dengannya, serta berupaya untuk dapat menikmatinya dalam waktu yang lama. Kalau tidak dapat memperolehnya manusia mencari kian kemari agar dapat menemukan dan memuaskan rasa dahaga akan keindahan.
Manusia
setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya
agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya.
Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai
keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera
manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak
untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya,
seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin
mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang.
Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk
menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa
yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan
tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.
Hakekat dari Keindahan
Keindahan
adalah susunlah kualitas atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu
hal kulitas yang paling disebut adalah kesatuan (unity) keselarasan
(harmony) kesetangkupan (symmetry) keseimbangan (balance) dan
pertentangan (contrast).
Herbet
Read merumuskan bahwa keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan
bentuk yang terdapat diantara pencerapan-pencerapan indrawi manusia.
Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Menurut luasnya pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas
Keindahan dalam arti luas menurut para ahli, yaitu :
a. Menurut The Liang Gie keindahan adalah ide kebaikan
b. Menurut Pluto watak yang indah dan hukum yang indah
c. Menurut Aristoteles keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
2. Keindahan dalam arti estetik murni
Yaitu pengalaman estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas
Yaitu yang menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna
Cinta
sangat kuat sekali dalam membangkitkan daya kreativitas para seniman
unutk menciptakan keindahan bagi para seniman untuk menciptakan
keindahan bagi para seniman kreativitas itu hipotesisnya abstrak.
Seperti yang dikemukakan oleh Keatas keindahan adalah konsep yang baru
dapat berkomunikasi setelah mempunyai bentuk. Konsep itu sendiri abstrak
dan kabur dia ada akan tetapi tidak dapat berbicara dengan seniman
sebelum ada imajinasi yang menghubungkan seniman itu dengan konsepnya
sendiri setelah konsepnya terbentuk, barulah konsep keindahan seniman
berdialog dengan pembaca, seperti gesang pada waktu bermain-main di
Bangawan Solo ia heran sungai yang airnya tak seberapa itu pada waktu
banjir sangat mengerikan orang yang melihatnya ia merenung ia memperoleh
konsep keindahan setelah konsep itu diberi bentuk ialah lagu “Bengawan
Solo” maka barulah dapat berkomunikasi
Dalam
proses jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan
keindahan menurut Koats selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut ketidak
tentuan, misterius (negative capability), justru seniman yang tidak
memiliki kemampuan negative tidak mampu menciptakan keindahan, kemampuan
negative ini identik dengan proses mencari (ialah mencari keindahan)
karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah
diciptakannya.
Kontemplasi
adalah suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan
mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat
suatu hasil penciptaan. Dalam kehidupan sehari-hari orang mungkin
berkontemplasi dengan dirinya sendiri atau mungkin juga dengan
benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan tertentu
berkenaan dengan dirinya atau di luar dirinya.
Di
kalangan umum kontemplasi diartikan sebagai aktivitas melihat dengan
mata atau dengan pikiran untuk mencari suatu dibalik yang tampak atau
tersurat misalnya, dalam ekspresi : seseorang sedang berkontemplasi
dengan bayang-bayang atau dirinya dimuka cermin.
Seorang
filosuf bernama Jac Ques Maritain mengatakan bahwa seni itu memberi
kesempatan yang mustahil kepada manusia untuk berpacu dengan
kontemplasi, yang akan menghasilkan suatu kegembiraan spiritual yang
malampaui batas setiap jenis kegembiraan yang lain.
Keindahan adalah identik
dengan kebenaran, keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah
keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai
daya tarik yang selalu bertambah yang tidak mengandung kebenaran tidak
indah.
Ada dua nilai terpenting dalam keindahan
1.
Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu
untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
2.
Nilai intrinsik adalah sifat baik yang terkandung di dalam atau apa
yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut, contohnya pesan yang
akan disampaikan dalam suatu tarian.
Teori
estetika keindahan adalah Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts
of Art” dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
1.
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu subjektif adanya yakni
karena manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam
pikirannya sendiri. Barangkali pernah juga kita dengar pepatah “Des
Gustibus Non Est Disputandum” selera keindahan tak bisa diperdebatkan.
2.
Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan objektif adanya, yakni karena
keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek,
artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah dari pada seekor lalat
hijau.
3. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara yang
subjektif dan yang objektif, artinya kualitas keindahan itu baru ada
apabila terjadi pertemuan antara subjek manusia dan objek substansi. Ada
tiga hal yang nyata ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu
indah, apabila ada keutuhan (Integrity) ada keselarasan (Harmony) serta
kejelasan (Clearity) pada objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai
hukum keindahan.
H. C
Wyatt meneliti alasan-alasan yang biasa diberikan orang apabila mereka
mengatakan sesuatu itu indah, dan ia menemukan bahwa banyak sekali orang
menganggap sesuatu itu indah karena menyebabkan ia bersosialisasi pada
suatu yang pernah mengharukannya dahulu, harapan-harapannya dan
seterusnya. Ia menganggap alasan-alasan ini sebagai alasan-alasan non
estetik.
sumber: link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
==================| Mohon Memberikan Komentar yang Baik :) |==================