Dari segi bahasa, “Akhlaq ialah kata jama’ dari “Al Khulq”. Dalam lisan ‘Arab ia bermakna tabiat atau watak .Ia juga bermakna maru’ah, addin atau fitrah. Pada hakikatnya Akhlak
mengandung arti penyifatan tentang gambaran batin seseorang, gambaran
jiwa, ciri-cirinya dan kandungannya yang tersendiri. Ini mencerminkan
lahiriah , sifat seseorang dan segala kandungan sifat itu. Gambaran ini
sama dengan yang zahir atau batin boleh disifatkan dengan sifat yang
terpuji dan sebaliknya yang tercela. Menurut Imam Al Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad
Mu’arif, dengan terjemahannya bahwa Al-Khulq ialah “suasana kejiwaan
yang mantap yang menerbitkan perbuatan, perbuatan itu terbit begitu
sahaja tanpa berfikir dan merenung panjang. Sekiranya suasana kejiwaan
yang menjadi sumber perbuatan itu memerlukan tindak-tanduk yang baik.
Tetapi kalau muncul yang sebaliknya, maka suasana kejiwaan itu dinamakan
sebagai akhlaq yang buruk”.
Para filosof dari aliran sosialisme
positif seperti Livi Brill, sebagaimana yang dikutip oleh O. Hashem, ada
tiga pengertian akhlaq, yaitu gagasan yang mengandung konsep, hukum dan
adat istiadat baik yang berkaitan dengan hak-hak manusia, kewajiban
manusia antara satu sama lain yang diakui dan diterima oleh tiap-tiap
individu pada umumnya pada masa tertentu atau peradaban tertentu.
Perkataan akhlak juga dipakai untuk
menunjukkan ilmu yang mengkaji fenomena dan cita-cita untuk membangun
keluarga, masyarakat, dan negara yang baik atau individu yang baik,
yaitu individu yang sabar hati nuraninya dengan kesadaran dan
penghayatan akhlak yang tinggi. Kadangkala perkataan akhlak juga
digunakan ungkapan ini untuk menunjukkan penerangan-penerangan tentang
ilmu ini.
Dalam ajaran Islam, pendidikan akhlak
berlangsung untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Hal ini
dibuktikan oleh adanya Nabi Muhammad SAW di utus ke dunia bukan khusus
untuk satu umat saja melainkan sebagai juru nasehat dan panutan
masyarakat seluruh dunia. Sehingga dalam risalah Islam yang di bawa oleh
Nabi Muhammad SAW, tidak pernah dijumpai hal-hal yang sulit dipercaya
atau sukar melaksakannya. Agama Islam adalah agama yang mudah dan tidak
mempersulit-sulit orang lain yang ingin mempelajari agama. Risalah Islam
bertujuan mebersihkan dan mensucikan jiwa, dengan jalan mengenal Allah
SWT serta beribadah kepada-Nya, dan mengokohkan hubungan antara manusia
serta menegakkannya di atas dasar kasih sayang, persamaan dan keadilan,
hingga dengan demikian tercapailah kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di dalam risalah Islam terkadung
perundangan Islam yang mewakili bidang praktis dari risalah tersebut.
Perundangan mengenai agama semata, seperti hukum-hukum ibadat tiadalah
terbit kecuali dari wahyu Allah swt kepada nabi saw baik berupa Kitab
atau Sunnah, atau hasil ijtihad yang disetujuinya. Dan akhlak dalam
Islam menjadi bagian terbesar dari kehidupan risalah Islam. Al Qur’an
menganggap akhlak sebagai rujukan terpenting bagi individu, keluarga dan
masyarakat muslim serta manusia seluruhnya. Akhlak adalah
buah ajaran Islam yang dipetik untuk manusia dan kemanusiaan yang
membuat hidup dam kehidupan menjadi manis dan indah menawan. Tanpa
akhlak sebagai fondasi aspek jiwa dan sosial seorang individu dan
komunitas manusia, dan tidak akan dibedakan dari komunitas hewan. Allah
telah menjadikan Asma Al Husna sebagai contoh akhlak yang tinggi harus
dteladani oleh kaum muslimin. Sedangkan akhlak yang tercela dinisbatkan
oleh Allah kepada orang-orang kafir dan musyrik. Kemudian Islam
menjadikan Rasulullah sebagai referensi akhlak mulia yang harus
diteladani oleh setiap orang mukmin.6
Perjalanan hidup Rasulullah saw
dihiasi dengan akhlak yang agung yang dapat menyelamatkan seorang
individu dan masyarakat jika mereka mengikutinya, baik dalam kehidupan
khusus maupun umum. Inti akhlak dalam Islam adalah agar seorang muslim
konsisten dalam melaksanakan perbuatan baik dan makruf, serta menjauhi
perbuatan buruk dan munkar. Inti risalah akhlak tersebut berkaitan erat
dengan pencapaian tujuan agung ajaran Islam, yaitu taqwa dan takut
kepada Allah. Keberadaan ajaran akhlak merupakan indikator keberadaan
semua ruang lingkup risalah Islam.
Firman Allah swt dalam Surat Ali Imran Ayat 104 :
“Dan harus ada di antara kamu sekelompok
umat yang mengajak kepada kebaikan, menyerukan yang makruf dan mencegah
dari yang munkar. Mereka adalah orang-orang yang beruntung.”7
Ayat-ayat Al Qur’an dan hadits
Rasulullah yang meberikan isyarat terhadap keharusan berakhlak mulia
banyak sekali. Akhlak-akhlak mulia tersebut mencakup bersikap sabar,
menyerukan yang makruf, mencegah yang munkar, kasih sayang, jujur,
ikhlas, terpercaya, suka memaafkan, suka damai, tenggang rasa dan
sebagainya. Islam melarang akhlak yang tercela, seperti putus asa,
zalim, kemunafikan, permusuhan, dusta, adu domba, ghibah, mencari-cari
kesalahan orang lain, takabbur dan lain-lain. Akhlak dalam Islam
menekankan pelatihan jiwa manusia agar memiliki kemampuan untuk
mengembangkan potensi dan struktur kejiwaannya. Akhlak itu pertama-tama
tumbuh dengan pengetahuan jika mereka memahami. Selanjutnya tumbuh
dengan latihan atau pembiasaan. Tingkatan akhlak ada dua tingkatan,
yaitu tingkatan terendah dan tingkatan tertinggi. Tingkatan terendah
adalah balasan kejelekan adalah kejelekan serupa. Akan tetapi barang
siapa yang sanggup mencapai derajat akhlak, yaitu mampu menahan
kemarahan dan bersedia memaafkan, dan mampu menolak balasan kejelekan
dengan yang semisal, maka itu yang lebih baik baginya. Tingkatan yang
kedua adalah tingkatan yang paling tinggi, yaitu memerlukan kesabaran
dan menahan kemarahan, serta melepaskan diri dari kenyataan hidup.
Inilah norma akhlak yang tinggi yang dibuat oleh Islam agar setiap orang
berusaha mencapainya, walaupun tidak mesti setiap orang dapat mencapai
puncaknya. Tingkatan ini termasuk rahasia kelembutan dan kedamaian
Islam bagi seluruh individu, meskipun terdapat perbedaan sifat-sifat
individual di antara mereka, dan juga bagi seluruh bangsa dan umat
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
==================| Mohon Memberikan Komentar yang Baik :) |==================